Uncategorized

 Arah Pariwisata Memiliki daya Bantu Lingkungan

ALADDIN138. Sesudah kasus Covid 19, Indonesia menjadi lagi perhatian dunia internasional. UNESCO minta pemerintahan untuk hentikan project pembangunan infrastruktur pariwisata di Taman Nasional Komodo. Pembangunan itu dipandang dapat menghancurkan lingkungan dan mengusik komunitas Komodo. Bahkan juga belum lakukan pengkajian berkenaan imbas lingkungan.

Keinginan UNESCO disongsong kontroversi dalam negeri. Aktivis lingkungan berasa memperoleh udara segar, dan Gubernur NTT mengatakan pembangunan telah pertimbangkan semua faktor terhitung lingkungan.

Pemerintahan perlu jadikan peringatan UNESCO sebagai warning dalam pengendalian rekreasi alam. Pengendalian rekreasi alam harus fokus kelestarian ekosistem dibanding arah ekonomi semata-mata. Kelestarian akan jaga kebersinambungan daya magnet rekreasi alam hingga keuntungan ekonomi terus akan bertahan. Tetapi jika peningkatan tanpa pertimbangkan lingkungan karena itu keuntungan cuma bisa dirasa dalam periode pendek.

Indonesia dipanggil sebagai zamrud khatulistiwa karena mempunyai keelokan alam dan keberagaman hayati. Panggilan itu membuat beberapa tempat wisata jadi tujuan wisatawan luar negeri. Pulau Bali, Wakatobi, Raja Ampat, Lombok, Labuan Bajo, atau Bunaken ialah contoh tempat wisata kelas dunia. Modal given ini pengurusaannya harus diberlakukan seperti sumber daya yang tidak bisa diperbarui.

Saat sebelum ada wabah COVID-19, pariwisata menggenggam peranan penting pada ekonomi di Indonesia. Data Kementerian Pariwisata memperlihatkan jika bidang pariwisisata berperan 4,8% ke Produk Lokal Bruto (PDB) pada 2019. Tenaga kerja bidang pariwisata capai 12,tujuh orang atau 10% dari keseluruhan warga yang bekerja.

Disamping itu, jumlah akseptasi devisa negara tidak bisa di anggap remeh. Pada 2018, devisa bidang ini capai Rp 229 triliun rupiah. Keadaan ini membuat beberapa faksi ingin ambil faedah ekonomi dari bidang pariwisata.

Pengendalian rekreasi perlu pertimbangkan daya bantu dalam memberikan dukungan wisatawan yang bertandang. Pengertian daya bantu ialah kekuatan lingkungan hidup untuk memberikan dukungan perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan kesetimbangan antara ke-2 nya (UU nomor 32 tahun 2009 mengenai Pelindungan dan Pengendalian Lingkungan Hidup).

Ekosistem sebagai daya magnet rekreasi alam memiliki batas tertentu untuk memberikan dukungan aktivitas rekreasi. Jika batas itu terlewati, karena itu dapat menghancurkan dan mengusik ekosistem.

Pembangunan infrastruktur pariwisata mempunyai tujuan untuk memancing ketertarikan hingga tingkatkan lawatan jumlah wisatawan. Kenaikan dicemaskan menambahkan penekanan pada lingkungan hidup. Disamping itu, pembangunan akan mengalihfungsi tempat yang semestinya mempunyai peranan lindung seperti peresapan air atau penangkalan longsor. Pembangunan infrastruktur pariwisata harus ditelaah lebih detil khususnya efeknya pada lingkungan.

Pemerintahan semestinya bukan hanya menyaksikan jumlah pengunjung sebagai tanda kesuksesan pengendalian bidang pariwisata. Jumlah wisatawan yang terlalu berlebih bisa berpengaruh negatif seperti kerusakan alam, flora-fauna depresi, atau munculnya sampah. Jika keadaan itu didiamkan akan kurangi kenyamanan dan mengakibatkan sedih wisatawan yang bertandang.

Disamping itu, jumlah wisatawan yang kebanyakan tanpa disertai oleh pemantauan akan berpengaruh negatif. Kurang kuatnya pemantauan bisa memunculkan sikap wisatawan tidak bertanggungjawab. Vandalisme atau aktivitas yang menyalahi ketentuan umum terjadi di objek rekreasi. Apa lagi sesudah ada sosial media, banyak wisatawan sekedar hanya ikuti trend tanpa pertimbangkan efeknya.

Dua rugi khusus jika rekreasi alam dieksplorasi tanpa memerhatikan daya bantu. Pertama, faedah ekonomi akan menyusut karena jumlah wisatawan menyusut karena kerusakan atau lenyapnya daya magnet alam. Warga akan kehilangan beberapa penghasilannya dan penghasilan asli wilayah (PAD) turun.

Rugi ke-2  ialah lenyapnya keelokan alam dan keaneragaman hayati. Aktivitas wisatawan dkhawatirkan mengusik komunitas flora-fauna sangat jarang. Apa lagi komodo yang disebut hewan purba dan cuma ada di Pulau Komodo. Ini sebagai kegelisahan khusus aktivis lingkungan hidup.

Ada contoh-contoh teritori rekreasi yang alami pengurangan peranan ekosistem karena masifnya lawatan wisatawan. Cladio Milano dalam bukunya Overtourism dan Tourismphobia bercerita imbas negatif masifnya wisatawan di Venesia. Jumlah lawatan yang terlalu berlebih mengakibatkan menghancurkan panorama dan dasar gedung monumental. Maladewa alami persoalan sampah karena bertambahnya jumlah wisatawan dan tempat untuk pemrosesan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *